Sunday, April 10, 2011

Didik Anak Untuk Dapat Kendalikan Diri Sendiri

0 comments
SERINGKALI anak-anak menangis, mengamuk tak terkendali di tempat umum. Hal tersebut membuat orang tua merasa malu, tapi juga frustasi. Para ahli berpendapat bahwa setiap orang tua dapat membantu anak untuk mengendalikan diri sendiri, mengajari anak cara merespon berbagai situasi tanpa mengikuti dorongan hati.
Dengan mengendalikan diri sendiri, anak dapat membuat keputusan-keputusan yang tepat dan bersikap terhadap situasi yang membuat stres dengan cara-cara yang lebih positif.
Bayi sampai umur 2 tahun
Bayi dan batita menjadi frustasi karena kesenjangan yang besar antara hal yang ingin mereka lakukan dan apa yang bisa mereka. Mereka sering merespon dengan menangis sambil menjerit. Cobalah mencegah tangisannya dengan mainan atau aktivitas lain. Untuk anak yang berumur 2 tahun, cobalah untuk menerapkan time out (caranya dengan menyuruh anak ke satu tempat selama beberapa saat misalnya pergi ke kamarnya, tunjukkan akibat atau konsekuensi tentang ledakan tangis dan mengajari mereka, lebih baik menyendiri selama beberapa saat daripada menangis dan menjerit.
Umur 3 hingga 5 tahun
Teruskan menggunakan time out tanpa menerapkan batasan waktu khusus. Akhiri time out jika anak sudah tenang. Hal ini akan membantu anak untuk meningkatkan rasa pengendalian diri. Puji anak jika ia tidak kehilangan kendali dalam situasi sulit atau membuat frustasi.
Umur 6 hingga 9 tahun
Ketika anak masuk sekolah, mereka sudah bisa memahami konsep konsekuensi secara lebih baik dan bahwa mereka dapat memilih perilaku yang baik dan yang buruk. Bantulah anak untuk membayangkan lampu pengatur lalu lintas yang harus mereka patuhi dan memikirkan situasi sebelum merespon. Dorong anak untuk pergi dari situasi frustasi selama beberapa menit untuk menenangkan diri ketimbang menangis atau marah.
Umur 10 hingga 12 tahun
Anak yang lebih tua biasanya dapat memahami perasaan mereka dengan lebih baik. Dorong mereka untuk memikirkan apa yang menyebabkan mereka kehilangan kendali kemudian menganalisanya. Jelaskan bahwa kadang situasi yang mengecewakan pada awalnya tidak berubah menjadi sangat buruk. Dorong anak untuk mengambil waktu untuk berfikir sebelum merespon terhadap satu situasi.
Umur 13 hingga 17 tahun
Pada usia ini anak sudah dapat mengendalikan sebagian besar tindakan mereka. Ingatkan mereka tentang konsekuensi jangka panjang. Dorong mereka untuk berhenti sejenak, mengevaluasi situasi yang mengecewakan sebelum merespon atau membicarakan masalah ketimbang kehilangan kendali, menjerit, membanting sesuatu. Jika perlu, disiplinkan mereka dengan menghilangkan sebagian hak istimewa untuk menguatkan pesan bahwa mengendalikan diri itu penting.
Beri contoh yang baik kepada anak untuk menunjukkan cara sehat bereaksi terhadap situasi yang menekan. Walaupun sangat sulit, tahan agar jangan sampai membentak anak ketika sedang mendisiplinkan anak. Tunjukkan dengan sikap yang tegas. Ketika anak tidak dapat mengendalikan dirinya, cobalah untuk tetap tenang dan jelaskan bahwa menjerit, mengamuk, atau membanting sesuatu adalah perilaku yang tidak dapat diterima dan memiliki konsekuensi.
Tindakan Anda dapat menunjukkan bahwa mengamuk, menangis, dll bukan cara yang baik untuk anak agar mendapatkan apa yang diinginkannya. Jelaskan juga konsekuensi yang akan diterimanya. *
Read More..

Dot Meracuni Anak

0 comments
SEBAGIAN orang tua berpendapat, dot alias empeng merupakan suatu keharusan untuk dimiliki jika mempunyai seorang bayi. Kebutuhan dot sama halnya dengan keharusan mengganti atau membersihkan popok. Namun, tahukah Anda bila dot ternyata tidak cukup aman bagi si bayi?
Dot mini ini memang mujarab untuk menenangkan si kecil. Orang tua pun menjadi lebih santai dan tak perlu banyak buang waktu untuk menenangkan anaknya yang sedang rewel. Cukup dengan memasangkan empeng, si kecil pun langsung anteng (diam). “Pada dasarnya, bayi memang punya naluri untuk mengisap sesuatu,” kata spesialis anak dr. Mustarim, Sp.A.
Naluri mengisap pada bayi adalah demi mendapatkan suatu kenikmatan dan kenyamanan, suatu hal yang sudah pasti dia dapat saat mengisap puting susu ibunya. Bentuk empeng yang memang mirip puting susu sengaja dirancang untuk memenuhi kebutuhan alamiah tadi. Namun, jangan jadikan empeng sebagai alat penenang ketika anak rewel. Sebab, penggunaan empeng lebih banyak buruknya ketimbang baiknya.
Bagi pria murah senyum ini, pemakaian empeng ibarat mengonsumsi rokok karena menimbulkan ketergantungan. “Ibaratnya empeng itu sama dengan rokok bagi bayi, kita meracuni anak kita sendiri. Memberinya kuman, membuat giginya tak bagus, bahkan bikin anak tak pede,” ujar Mustarim.
Salah satu alasan pemakaian empeng ditentang oleh sebagian profesional di bidang kedokteran adalah karena masalah kebersihannya. “Empeng tidak dapat dijamin kebersihannya. Sering empeng yang jatuh ke lantai dipungut, lalu dimasukkan lagi. Itu berarti memindahkan kuman langsung ke dalam mulut. Ini berbahaya,”jelas Mustarim.
Gaung kontra yang lebih keras datang dari segi kesehatan gigi dan mulut. “Empeng bisa memengaruhi lengkung rahang anak. Ketika anak sudah tumbuh gigi, adakalanya dia suka menggigit atau menarik empeng tersebut dengan giginya. Mungkin karena gemas. Tetapi, tekanan yang timbul dari gerakan ini bisa memengaruhi bentuk rahang dan gigi,” jelasnya.
Meski tidak sekeras jari, empeng juga bisa menyebabkan gigi tonggos (menonjol ke depan) jika durasi dan frekuensi penggunaannya sudah berlebihan. Semakin sering empeng digunakan, maka kemungkinan mengalami gigi tonggos akan semakin besar.
Penggunaan empeng hingga lebih dari usia dua tahun juga bisa memperparah kondisi tersebut. Mengapa” Karena saat mengisap empeng, rahang atas secara refleks akan maju ke depan. Sementara rahang bawah bergerak ke arah sebaliknya atau terdorong masuk ke mulut. Perubahan posisi gigi juga besar kemungkinannya terjadi jika anak mengempeng.
Sementara itu, menurut Patricia Hamaguchi, penulis Childhood, Speech, Language, and Listening Problems: What Every Parent Should Know, kebiasaan mengisap empeng juga bisa menimbulkan masalah bahasa dan pengucapan kata. Hal lain yang ditakutkan adalah kegiatan mengisap empeng ini akan terus melekat, bahkan hingga anak memasuki usia sekolah. Tentunya ini akan menjadi lebih sulit dihentikan jika sudah menjadi kebiasaan.
Banyak dampak kesehatan yang timbul pada anak dengan kebiasaan mengempeng. Dari badan kurus sampai diare. “Anak yang menggunakan empeng itu sering diare dan juga kurus karena kurangnya asupan gizi,”paparnya.*
Read More..

Olahraga Kurangi Resiko Amnesia

0 comments

TAK ada lagi alasan untuk malas berolahraga. Karena selain membuat tubuh lebih bugar dan sehat, olahraga juga diyakini mampu meningkatkan kemampuan otak. Studi mutakhir yang dilakukan ilmuwan dari Amerika Serikat yang dirilis Decha Care menyatakan, olahraga bisa membantu pembentukan sel-sel baru di daerah otak yang berkaitan dengan kemampuan mengingat.
Olahraga juga dipercaya mampu mengurangi risiko amnesia, yaitu suatu kondisi memori yang terganggu atau hilangnya memori. Amnesia dapat bersifat organik atau fungsional. Penyebab-penyebab organik mencakup kerusakan pada otak, karena trauma atau penyakit. Bisa juga dipengaruhi penggunaan obat-obatan tertentu (biasanya obat penenang).
Penyebab fungsional adalah faktor psikologis, seperti pada saat terjadi mekanisme pertahanan ego. Amnesia juga dapat terjadi secara spontan, seperti pada kasus transient global amnesia. Amnesia jenis ini lebih sering terjadi pada orang-orang setengah baya dan orang tua, khususnya laki-laki dan biasanya berlangsung kurang dari 24 jam.
Berdasarkan pola gejalanya (bukan untuk menunjukkan penyebab tertentu atau etiologi), amnesia dapat dikategorikan menjadi anterograde dan retrograde. Anterograde amnesia merupakan suatu bentuk amnesia di mana peristiwa atau kejadian baru yang ada dalam ingatan jangka pendek tidak ditransfer ke ingatan jangka panjang yang permanen. Sedangkan retrograde amnesia adalah suatu bentuk amnesia dimana seseorang tidak dapat mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum menderita amnesia, lebih dari peristiwa lupa biasa.
Kedua kategori amnesia tersebut dapat terjadi secara bersama pada pasien yang sama, dan biasanya sebagai akibat dari pengaruh obat atau kerusakan pada daerah otak yang paling dekat hubungannya dengan episodik atau deklaratif memori, khususnya hipocampus.
Efek amnesia dapat berlangsung lama meski kondisi amnesia tersebut telah berlalu. Banyak penderita amnesia menyatakan bahwa amnesia berubah dari kondisi neurologist ke kondisi psikologis, di mana pasien kehilangan kepercayaan diri dan keyakinan pada kenangan atau memori mereka sendiri dan hal dari peristiwa masa lalunya.
Penderita amnesia mudah dikenali. Ia tidak mampu mempelajari hal-hal baru atau mengingat hal-hal sebelumnya. Tanda yang lain, penderita mengalami hambatan pada fungsi sosial dan pekerjaan. Meski demikian, pemeriksaan medis lebih akurat untuk mengetahui penderita mengalami amnesia atau gangguan otak lain.
Menurut Ketua Ikatan dokter Indonesia (IDI) Kota Bandarlampung dr. Boy Zaghlul Zaini D.K., untuk penanganannya, amnesia biasanya dapat disembuhkan dengan cara terapi atau pendekatan suportif. Yakni dengan mendekatkan hal-hal yang berkaitan, baik waktu dan tempat, yang pernah atau sedang dialami penderita.
Ditambah dengan meminum obat untuk mengaktifkan kembali sel-sel saraf pusat otak yang rusak. Seperti obat Neuro Protektor, Ceredral Aktifator, dan Neurotropik. “Penderita juga harus mengonsumsi multivitamin dan menjaganya agar tidak mengalami trauma yang kedua,” ujar dr Boy pula. *
Read More..
 
Copyright 2011 @ BanGs!
Design by Wordpress Manual | Bloggerized by Free Blogger Template and Blog Teacher | Powered by Blogger