Sunday, April 10, 2011

Dot Meracuni Anak

SEBAGIAN orang tua berpendapat, dot alias empeng merupakan suatu keharusan untuk dimiliki jika mempunyai seorang bayi. Kebutuhan dot sama halnya dengan keharusan mengganti atau membersihkan popok. Namun, tahukah Anda bila dot ternyata tidak cukup aman bagi si bayi?
Dot mini ini memang mujarab untuk menenangkan si kecil. Orang tua pun menjadi lebih santai dan tak perlu banyak buang waktu untuk menenangkan anaknya yang sedang rewel. Cukup dengan memasangkan empeng, si kecil pun langsung anteng (diam). “Pada dasarnya, bayi memang punya naluri untuk mengisap sesuatu,” kata spesialis anak dr. Mustarim, Sp.A.
Naluri mengisap pada bayi adalah demi mendapatkan suatu kenikmatan dan kenyamanan, suatu hal yang sudah pasti dia dapat saat mengisap puting susu ibunya. Bentuk empeng yang memang mirip puting susu sengaja dirancang untuk memenuhi kebutuhan alamiah tadi. Namun, jangan jadikan empeng sebagai alat penenang ketika anak rewel. Sebab, penggunaan empeng lebih banyak buruknya ketimbang baiknya.
Bagi pria murah senyum ini, pemakaian empeng ibarat mengonsumsi rokok karena menimbulkan ketergantungan. “Ibaratnya empeng itu sama dengan rokok bagi bayi, kita meracuni anak kita sendiri. Memberinya kuman, membuat giginya tak bagus, bahkan bikin anak tak pede,” ujar Mustarim.
Salah satu alasan pemakaian empeng ditentang oleh sebagian profesional di bidang kedokteran adalah karena masalah kebersihannya. “Empeng tidak dapat dijamin kebersihannya. Sering empeng yang jatuh ke lantai dipungut, lalu dimasukkan lagi. Itu berarti memindahkan kuman langsung ke dalam mulut. Ini berbahaya,”jelas Mustarim.
Gaung kontra yang lebih keras datang dari segi kesehatan gigi dan mulut. “Empeng bisa memengaruhi lengkung rahang anak. Ketika anak sudah tumbuh gigi, adakalanya dia suka menggigit atau menarik empeng tersebut dengan giginya. Mungkin karena gemas. Tetapi, tekanan yang timbul dari gerakan ini bisa memengaruhi bentuk rahang dan gigi,” jelasnya.
Meski tidak sekeras jari, empeng juga bisa menyebabkan gigi tonggos (menonjol ke depan) jika durasi dan frekuensi penggunaannya sudah berlebihan. Semakin sering empeng digunakan, maka kemungkinan mengalami gigi tonggos akan semakin besar.
Penggunaan empeng hingga lebih dari usia dua tahun juga bisa memperparah kondisi tersebut. Mengapa” Karena saat mengisap empeng, rahang atas secara refleks akan maju ke depan. Sementara rahang bawah bergerak ke arah sebaliknya atau terdorong masuk ke mulut. Perubahan posisi gigi juga besar kemungkinannya terjadi jika anak mengempeng.
Sementara itu, menurut Patricia Hamaguchi, penulis Childhood, Speech, Language, and Listening Problems: What Every Parent Should Know, kebiasaan mengisap empeng juga bisa menimbulkan masalah bahasa dan pengucapan kata. Hal lain yang ditakutkan adalah kegiatan mengisap empeng ini akan terus melekat, bahkan hingga anak memasuki usia sekolah. Tentunya ini akan menjadi lebih sulit dihentikan jika sudah menjadi kebiasaan.
Banyak dampak kesehatan yang timbul pada anak dengan kebiasaan mengempeng. Dari badan kurus sampai diare. “Anak yang menggunakan empeng itu sering diare dan juga kurus karena kurangnya asupan gizi,”paparnya.*

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright 2011 @ BanGs!
Design by Wordpress Manual | Bloggerized by Free Blogger Template and Blog Teacher | Powered by Blogger